Beranda / Lifestyle

Ibu Bunuh Anak di Bekasi Idap Skizofrenia, Kenali Gejala, Penyebab, dan Metode Pengobatannya

life.terasjakarta.id - Minggu, 10 Maret 2024 | 10:24 WIB

SHARE
Share Whatsapp Share Facebook Share Twitter Share Link
perempuan,sedih,stres,tertekan,halusinasi,delusi,skizofrenia,ibu bunuh anak di bekasi

Ibu bunuh anak di Bekasi diketahui mengidap skizofrenia. Kenali apa itu skizofrenia, gejala, penyebab, dan metode pengobatannya. (Foto: Unsplash)

JAKARTA, TERASJAKARTA.ID - Simak penjelasan lengkap mengenai skizofrenia yang wajib diketahui.

Skizofrenia merupakan salah satu gangguan mental yang kerap ditemukan di masyarakat.

Salah satu yang menarik perhatian adalah pada kasus ibu bunuh anak kandung di Bekasi.

Baca Juga : Ini 8 Jenis Gangguan Mental yang Ditanggung BPJS Kesehatan, Ada ADHD hingga Skizofrenia

Pelaku, yakni ibu sendiri, membunuh anaknya yang masih beruisa 5 tahun dengan menusuk sebanyak 20 kali menggunakan pisau dapur.

Setelah dilakukan pemeriksaan, ibu berinisial SNF tersebut terindikasi skizofrenia.

Ia mengaku mendapatkan bisikan gaib hingga melakukan aksi ekstrem tersebut.

Lantas, apa ibu skizofrenia dan gejala yang dialami pengidapnya?

Pengertian Skizofrenia

Melansir dari halodoc.com, Skizofrenia merupakan gangguan kejiwaan kronis di mana pengidapnya mengalami halusinasi, delusi, kekacauan dalam berpikir, dan perubahan sikap.

Biasanya, pengidap skizofrenia menunjukkan beberapa gejala psikosis, seperti kesulitan membedakan kenyataan dan pikiran dalam diri.

Tak ayal, skizofrenia dianggap sama dengan psikosis oleh masyarakat.

Padahal, kedua gangguan mental tersebut berbeda, karena psikosis hanya salah satu gejala dari beberapa jenis gangguan mental, termasuk skizofrenia.

Baca Juga : Kronologi Ibu Bunuh Anak di Bekasi dengan 20 Tusukan, Pelaku Alami Gangguan Mental, Kerap Berhalusinasi

Penyebab Skizofrenia

Hingga saat ini, masih belum diketahui pasti penyebab skizofrenia.

Kendati demikian, terdapat beberapa kondisi yang memiliki keterkaitan dengan penyebab skizofrenia.

1. Genetik

Seorang yang mengalami skizofrenia 10 persen berisiko memiliki keturunan yang juga mengalami kondisi serupa.

Selanjutnya, risiko ini meningkat hingga 40 persen apabila kedua orang tua memiliki kondisi gangguan mental yang sama.

Sementara untuk anak kembar yang salah satunya mengidap skizofrenia, risiko lebih besar mencapai 50 persen.

Baca Juga : Ibu yang Bunuh Anak di Bekasi Ngaku Dapat Bisikan Gaib, Korban Ditusuk 20 Kali Pakai Pisau Dapur

2. Komplikasi Kehamilan dan Persalinan

Skizofrenia dapat terjadi pada anak yang pada masa kehamilan mengalami beberapa kondisi.

Beberapa di antaranya seperti paparan racun dan virus, diabetes gestasional pada ibu, pendarahan pada masa kehamilan, serta kekurangan nutrisi.

Selain itu, komplikasi yang menyebabkan skizofrenia juga bisa terjadi pada saat persalinan, seperti berat badan rendah, lahir prematur, dan asfiksia atau kekurangan oksigen.

3. Faktor Kimia pada Otak

Kadar serotonin dan dopamin pada otak diketahui menjadi salah satu penyebab sekaligus meningkatkan risiko skizofrenia.

Sebagai informasi, kedua zat kimia tersebut berfungsi mengirim sinyal antara sel otak sebagai bagian dari neurotransmitter.

Faktor lainnya yakni struktur dan fungsi otak yang berbeda dengan orang yang tidak memiliki gangguan mental ini.

Beberapa perbedaan yang bisa ditemukan adalah ukuran ventikel otak lebih besar, lobus temporalis lebih kecil, serta sel-sel otak memiliki koneksi lebih sedikit.

Gejala Skizofrenia

Pengidap Skizofrenia umumnya menunjukkan dua jenis gejala, yakni positif dan negatif.

1. Gejala Skizofrenia Negatif

Gejala negatif ini berupa hilangnya kemampuan pada orang normal, seperti konsentrasi, pola tidur, dan motivasi hidup.

Selain itu, ketidakmauan seseorang bersosialisasi dan merasa tidak nyaman bersama orang lain merupakan salah satu gejala negatif skizofrenia.

Gejala negatif ini bisa berlangsung selama beberapa tahun sebelum muncul gejala awal.

Bahkan, gejala ini memburuk seiring berjalanannya waktu.

Adapun ciri-ciri khas skizofrenia negatif adalah sebagai berikut.

  • Apatis
  • Buruk secara emosi
  • Tidak memedulikan penampilan
  • Menarik diri dari pergaulan

2. Gejala Skizofrenia Positif

Selanjutnya, gejala positif merupakan perubahan perilaku dan pola berpikir, seperti halusinasi, delusi, dan kekacauan perilaku.

  • Halusinasi: mengalami sesuatu yang tidak nyata, seperti bisikan.
  • Delusi atau waham: meyakini sesuatu yang berkebalikan dengan kenyataan, seperti perasaan diawasi atau disakiti
  • Kekacauan pola pikir: sulit berkonsentrasi sehingga sulit berkomunikasi dan mengingat
  • Kekacauan perilaku: gerak tubuh dan kondisi motorik abnormal

Secara umum, gejala awal skizofrenia dapat ditemukan berupa perasaan mudah tersinggung atau tegang, sulit konsentrasi, dan sulit tidur.

Selanjutnya, kondisi yang semakin parah dapat dilihat dari beberapa masalah berikut.

  • Mendengar atau melihat hal-hal yang tidak ada (halusinasi).
  • Isolasi diri.
  • Mengurangi emosi dalam nada suara atau ekspresi wajah.
  • Masalah dengan pemahaman dan pengambilan keputusan.
  • Masalah memperhatikan dan menindaklanjuti aktivitas.
  • Keyakinan yang dipegang kuat pada sesuatu hal yang tidak nyata (delusi).
  • Berbicara dengan cara yang tidak masuk akal.

Kompilkasi Skizofrenia

Skizofrenia merupakan gangguan mental yang tak bisa diremehkan karena dapat memengaruhi kehidupan pengidap.

Bahkan, gangguan ini bisa memicu seseorang untuk mengakhiri hidupnya.

Jika tidak mendapatkan penanganan tepat, beberapa komplikasi yang bisa dialami pengidap skizofrenia adalah sebagai berikut.

  • Depresi.
  • Bunuh diri, upaya bunuh diri, atau pikiran untuk bunuh diri.
  • Penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan lain, termasuk nikotin.
  • Gangguan kecemasan dan gangguan obsesif-kompulsif (OCD).
  • Ketidakmampuan untuk bekerja atau bersekolah.
  • Isolasi sosial.
  • Perilaku agresif, meskipun jarang terjadi.
  • Masalah kesehatan dan medis.
  • Masalah keuangan dan potensi menjadi tunawisma.

Pengobatan Skizofrenia

Hingga kini, masih belum ada pengobatan yang efektif ataupun menyembuhkan skizofrenia secara total.

Sedangkan penanganan medis bertujuan mengurangi dan mengontrol gejala yang muncul.

Pengobatan ini perlu pengawasan ketat dari dokter psikiater dengan kontrol berkala.

Sehingga, dokter bisa mengetahui tingkat efektivitas obat, memberi dosis yang sesuai, dan melakukan antisipasi terhadap efek samping.

1. Obat

Obat yang diberikan kepada pengidap skizofrenia berjenis antipsikotik, dapat berupa injeksi atau oral.

Obat ini membantu pasien mengurangi gejala delusi, sulit konsentrasi, halusinasi, hingga perasaan cemas dan bersalah berlebihan.

Obat ini perlu dikonsumsi pasien seumur hidup, meski gejala telah berkurang dan membaik.

2. Psikoterapi

Psikoterapi bertujuan agar pengidap dapat mengontrol gejala tertentu.

Biasanya, dokter akan menggabungkan jenis pengobatan ini dengan penggunaan obat.

Beberapa jenis psikoterapi di antaranya terapi indivvidu, terapi perilaku kognitif, dan terapi remediasi kognitif.

3. Terapi Elektrokonvulsi

Terapi elektrokonvulsi dilakukan dengan mengalirkan listrik kecil pada otak.

Hal ini memicu terjadinya kejang singkat yang masih dapat terkendali.

Terapi ini direkomendasikan bila obat tidak memberikan hasil efektif.

4. Transcranial magnetic stimulation (TMS)

Metode pengobatan skizofrenia terakhir adalah Transcranial magnetic stimulation (TMS).

Hampir sama dengan elektrokonvulsi, terapi TMS ini mengalirkan gelombang elektromagnetik menuju otak.

Dokter akan melekatkan alat khusus yang dapat mengalirkan gelombang elektromagnetik tanpa perlu membedah.

Itu dia penjelasan mengenai skizofrenia yang penting untuk diketahui.

Hingga saat ini, masih belum ada cara mencegah skizofrenia yang pasti dan efektif.

Sebaliknya, penanganan sedini mungkin penting dilakukan untuk mencegah memburuknya gejala.

Maka dari itu, segera datangi dokter ketika mengalami beberapa gejala yang telah disebutkan sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

SHARE
Share Whatsapp Share Facebook Share Twitter Share Link